Wabup Rodhial Huda saat Buka Pelatihan - |
Rodhial menyoroti peran signifikan perempuan dalam pembangunan, pengarusutamaan gender, dan pemberdayaan perempuan yang erat kaitannya dengan peningkatan kualitas generasi penerus bangsa.
"Perempuan, sebagai pendidik pertama dalam keluarga, memiliki peran yang sangat vital," ujar Rodhial
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Kabupaten Natuna mencapai 91,86 persen, mengindikasikan kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan yang semakin kecil.
Namun, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang menunjukkan peran perempuan di bidang ekonomi dan politik hanya sebesar 42,96 persen.
"Oleh karena itu, kualitas perempuan harus ditingkatkan melalui berbagai kegiatan peningkatan kapasitas, seperti pelatihan kepemimpinan dan table manner yang diselenggarakan hari ini," ungkap Rhodial.
Rodhial menyatakan bahwa pemerintah fokus pada empat sektor utama, yaitu pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan pencegahan kekerasan.
"Langkah strategis juga disiapkan untuk mengatasi isu pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama tujuan kelima yaitu kesetaraan gender," sambungnya.
Meskipun perempuan telah mampu membuktikan keikutsertaan mereka dalam pembangunan, pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus memberikan kesempatan yang lebih luas kepada perempuan agar kontribusi yang diberikan dapat lebih optimal.
Sebelumnya, Yuli Ramadhanita selaku Ketua pelaksana dalam laporannya menyampaikan, dalam satu dasawarsa terakhir, kualitas hidup perempuan di Indonesia telah mengalami perbaikan yang signifikan.
"Perempuan Indonesia menunjukkan potensi besar yang, jika diberikan kesempatan, mampu maju dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara mandiri. Mereka juga berpotensi menjadi penggerak utama dalam berbagai dimensi kehidupan dan pembangunan bangsa," katanya.
Yuli juga menambahkan, beberapa fakta kurang menyenangkan yang masih dihadapi perempuan. Kekerasan dalam rumah tangga, kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki, serta terbatasnya akses perempuan terhadap fasilitas kesehatan yang memadai dan pendidikan yang lebih tinggi masih menjadi masalah signifikan.
Perempuan juga kurang terwakili dalam lembaga publik dan memiliki partisipasi yang rendah di bidang politik dan jabatan strategis dalam pemerintahan.
Saat perempuan berada dalam posisi kepemimpinan, diperlukan bukti nyata mengenai keberpihakan mereka terhadap program-program yang mendukung perempuan dan anak-anak.
Secara kultural, perempuan masih dibayangi oleh budaya patriarki yang membatasi peran mereka di sektor domestik, sementara laki-laki mendominasi sektor publik. Hal ini mengakibatkan banyak kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung permasalahan perempuan.
Tantangan ini, menurut Yuli, harus dijawab oleh perempuan itu sendiri dengan membuka dialog bersama laki-laki, sehingga permasalahan perempuan dapat dianggap sebagai permasalahan bersama.
Dalam menghadapi tantangan global, diperlukan kepemimpinan perempuan yang visioner, berpikir inovatif, memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, mampu membina kerja tim, mengenali diri sendiri, percaya diri, dan memiliki perspektif gender.
"Dengan demikian, perempuan diharapkan dapat memainkan peran yang lebih besar dan signifikan dalam pembangunan bangsa, sambil mengatasi berbagai tantangan yang masih ada," tuturnya.
Menurutnya, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perempuan sebagai salah satu indikator IPG dan pemberdayaan gender di Natuna.
"Kegiatan ini diikuti sebanyak 65 orang yang berasal dari Eselon III dan Ketua UP DWP Natuna," ujarnya.
Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dharma Wanita Persatuan (DWP), dan Peserta Pelatihan.
(Dayat)
Posting Komentar