Suasana Perbaikan |
KEPRI I KEJORANEWS.COM: Ombudsman RI Perwakilan Kepulauan Riau (Kepri), meminta PLN untuk mempercepat progress recovery pembangkit listrik untuk dapat bekerja secara maksimal. Pasca kerusakan pembangkit listrik berdaya 2x7 Megawatt (MW), sehingga terjadi pemadaman bergilir yang saat ini masih berlangsung di Kabupaten Tanjung Balai Karimun - Kepri.
Terkait hal itu, usai menghubungi Kepala Cabang PLN Wilayah Kepri, Yusra Helmi melalui sambungan telekomunikasi/telpon pada Rabu (25/5) lalu.
Kepala Ombudsman Kepri, Dr.Lagat Parroha Patar Siadari menyampaikan bahwa pembangkit yang sempat mengalami kerusakan, dan saat ini sudah selesai diperbaiki, namun belum dapat beroperasi secara maksimal.
"kemampuan daya listrik pembangkit usai dilakukan maintenance hanya 5 megawatt. Jadi, saya minta pihak PLN percepat progress recovery nya supaya segera beroperasi maksimal," terangnya di Kantor ORI Kepri, Batam Centre, Batam - Kepri, (26/5).
Selain percepatan progres recovery, pihaknya juga meminta PLN mempercepat pengaktifan pembangkit alternatif tenaga diesel yang dikatakan oleh Kepala PLN Kepri didatangkan dari Bangka Belitung untuk menutupi kekurangan daya listrik yang meningkat pasca lebaran dan akibat kenaikan suhu.
"Pembangkit alternatif itu, informasinya dipasang pertengahan Juni 2022. Namun, saya minta percepat seminggu lebih awal agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi bersamaan dengan semakin membaiknya fungsi pembangkit yang sempat rusak," jelasnya.
Selain dikarenakan adanya kerusakan pembangkit, dari penjelasan Kepala PLN Kepri bahwa pemadaman bergilir di Kabupaten Tanjung Balai Karimun, juga disebabkan adanya peningkatan suhu yang menyebabkan penyerapan daya listrik semakin besar serta terjadi tren kenaikan puncak kebutuhan daya listrik pasca lebaran dari 28-29 MW menjadi 36 MW.
Untuk saat ini, ORI Kepri berharap agar PLN melakukan manajemen pengurangan durasi pemadaman listrik agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
"Saya harap PLN bisa kurangi durasi pemadaman listrik. Biasanya 4-5 jam pertitik perhari, mungkin bisa dikurangi jadi 3 jam saja agar tidak terlalu ganggu aktivitas masyarakat," pungkasnya.
Editor:
Andi Pratama
Posting Komentar