Ahmad Rifai, Kandidat Doktor Pendidikan Unnes- |
KEJORANEWS.COM : Artificial Intelligence (AI) dan berbagai fitur kecanggihannya (bekerja secara otomatis) bisa menjadi hal besar berikutnya dalam pendidikan. Sangat cepatnya kemajuan teknologi telah menciptakan tantangan dan tuntutan baru bagi dunia Pendidikan terutama bagi guru dan peserta didik. Para pakar pendidikan bahkan belum menyelesaikan diskusi tentang dampak Internet dan Teknologi Komunikasi (TIK) di ruang kelas, dan sekarang kita harus siap untuk melompat maju dengan AI.
Terkait efektifitas pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa asing, perkembangan terbaru dalam teknologi AI menunjukkan bahwa peran guru EFL juga mengalami ‘disrupsi’. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “disrupsi” berarti “hal tercabut dari akarnya”. Fenomena disruption (disrupsi), merupakan situasi pergerakan suatu hal yang tak lagi linier. Era disrupsi memiliki beberapa ciri yang dapat dijelaskan melalui (VUCA) yaitu, perubahan yang masif, cepat, dengan pola yang sulit tertebak (Volatility), perubahan yang cepat menyebabkan ketidakpastian (Uncertainty), terjadinya kompleksitas hubungan antar faktor penyebab perubahan (Complexity), kekurangjelasan arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas (Ambiguity). Hal ini menjadi tantangan berat bagi dunia Pendidikan untuk cepat dan tepat mengatasi berbagai pola perubahan yang cenderung pada hal negatif dan tentunya merugikan.
Secara fungsi dan cara kerja teknologi berbasis AI saat ini memiliki banyak fitur dan kecanggihan dan tentunya sudah banyak membantu pekerjaan manusia di berbagai bidang. Untuk aktifitas di kelas, ada teknologi yang sudah mampu mengerjakan tugas-tugas yang biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, ada aplikasi yang didukung AI, atau aplikasi, yang dapat memberikan umpan balik tata bahasa pada tulisan siswa tanpa bantuan guru. Umpan balik disertai dengan penjelasan yang lengkap, singkat dan dengan contoh; dan ini bisa menjadi salah satu cara bagi pelajar untuk mempelajari tata bahasa dalam penggunaan, dalam konteks, dan dikerjakan secara mandiri.
Selain tata bahasa, aplikasi serupa juga tersedia untuk bidang EFL lainnya, seperti berbicara, menulis, dan belajar kosa kata. Selain itu, aplikasi ini juga tersedia dalam versi perangkat lunak yang diinstal dalam gawai (telepon seluler), yang membuat pembelajaran lebih mudah diakses dan nyaman bagi pelajar (Stockwell, 2016) dan menyediakan situasi belajar yang autentik dan dalam pengaturan (mode) pengaturan mandiri (Person & Nouri, 2018). Dari perspektif ini, AI dapat dilihat sebagai pendamping (instrumental) tidak hanya bagi pelajar tetapi juga para guru, karena memberikan umpan balik secara mandiri kepada setiap pelajar namun hal ini akan menjadi pekerjaan yang melelahkan bagi seorang guru. Namun di sisi lain, tampaknya AI mengambil alih peran guru. AI menawarkan pembelajaran yang mandiri (Independent Learning) dan ini dapat menunjukkan bahwa siswa dapat belajar tanpa kehadiran guru.
Dalam Undan-Udang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Maka kita juga perlu memahami antara peran guru dan tugas atau tanggugjawab seorang guru. Tugas Guru Secara Umum adalah mendidik, dalam oprasionalisasinya mendidik adalah rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, membentuk contoh dan membisakan. Sedangkan tugas guru secara khusus adalah sebagai pengajar, sebagai pendidik, dan sebagai pemimpin. Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Karena pada dasarnya proses belajar-mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal.
Di sisi lain, teknologi AI saat ini sudah mampu menggantikan beberapa peran guru di kelas khususnya kelas bahasa sehingga tugas guru menyampaikan materi pelajaran tidak dilakukan dengan cara yang konvensional. Ini bisa menjadi indikasi bahwa peran guru sedang mengalami proses ‘disrupsi’. Namun, ini tidak berarti bahwa guru akan digantikan oleh AI bagitu saja, sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa ahli (misalnya, Edwards & Cheok, 2018; von Radowitz, 2017). AI dapat membantu pekerjaan seorang guru, tetapi guru akan tetap menjadi elemen penting di kelas Bahasa dan menjadi faktor utama dalam membantu siswa menjadi pembelajar yang sukses.
Selain itu, meskipun AI dapat mengubah berbagai aspek dalam proses pembelajaran, kita tidak boleh melihat perubahan tersebut dari sudut pandang yang negatif. Sebaliknya, guru harus siap untuk meningkatkan kompetensi di bidangnya yang diakselerasikan dengan perkembangan IT guna mengetahui kebutuhan siswa saat belajar terutama pembelajaran yang berbasis AI (Montebello, 2018). Sejalan dengan itu, AI mungkin memainkan banyak peran dalam tahap penyampaian materi pelajaran, akan tetapi pada tahap persiapan dan pada tahap evaluasi masih akan didominasi atau dikendalikan oleh guru. Aplikasi AI hanyalah alat yang dirancang untuk membantu tugas guru mengajar dan untuk membantu siswa belajar dengan lebih baik, efektif dan bertanggungjawab serta dilakukan dengan penuh kesadaran.
Materi Pembelajaran Bahasa
Kelas Bahasa Inggris tentunya belajar tentang materi Bahasa Inggris sebagai Bahasa asing yang dipelajari oleh siswa. Dari hasil penelitian yang ada tentang pembelajaran Bahasa Inggris menggunakan bantuan AI menunjukkan bahwa beberapa aplikasi sangatlah membantu siswa dalam belajar, mengerjakan tugas di sekolah dan mengembangkan keterampilan Bahasa secara baik. Misalkan saja, El Shazly (2020) menyatakan bahwa aplikasi chatbots dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Bailey dkk. (2021) juga melaporkan bahwa penggunaan storybot di kelas Bahasa Inggris dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Cancino dan Panes (2021) mengklaim bahwa Google Translate, dengan teknologi terjemahan berbasis mesin, dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis. Singkatnya, teknologi AI ketika digunakan dengan benar, maka hal ini dapat memberikan dampak yang positif yaitu membantu siswa dalam pembelajaran mereka.
Kreativitas
Hasil penelitian beberapa ahli mengatakan bahwa ada hal yang menarik yaitu apliaksi berbasis AI yang diujicobakan terhadap aktifitas belajar siswa di kelas dapat membantu membangun dan mengembangkan kreativitas siswa. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, namun ada hal yang tampak jelas ketika siswa sedang mengerjakan aplikasi seperti Plot Generator. Kreativitas siswa bisa juga ditumbuhkembangkan melalui cara yang lain, seperti melalui aplikasi AI yang tidak sepenuhnya sempurna saat pemerolehan Bahasa sebagaimana yang dilakukan secara langsung oleh guru. Karena bahasa yang diperoleh oleh aplikasi AI tidak selalu alami, siswa perlu menganalisis dan menyempurnakan Bahasa yang dikerjakan melalui bantuan mesin.
Sebagai contoh yaitu Ketika siswa diminta untuk menuliskan cerita Dogeng, siswa akhirnya menyadari apa yang dihasilkan oleh mesin kemudian harus mencari bagaimana cara agar akhir cerita tersebut lebih realistis secara kontekstual bahkan siswa harus merevisi dan mengedit bagian tulisan yang tidak masuk akal dan menambahkan karakter lain untuk mengubah cerita menjadi tulisan naratif yang lebih baik. Hal ini menjadi bukti bahwa ketidaksempurnaan aplikasi AI dalam membuat cerita yang kontesktual dan realistis sebenarnya dapat membuka jalan bagi pemikiran kreatif dan produk selanjutnya dalam pembelajaran siswa.
Orang mungkin mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah yang dimaksud dengan kreativitas karena apa yang siswa lakukan hanyalah mengoreksi ide cerita yang dibuat oleh aplikasi. Upaya koreksi yang dilakukan oleh siswa, walau bagaimanapun, membutuhkan tingkat berpikir yang tinggi dengan menganalisis masalah, dan kemudian menemukan solusi. Inilah proses kreatif yang sebenarnya dilakukan oleh siswa. Seperti yang disampaikan Bereczki dan Kárpáti (2021), dalam pengaturan kelas, kreativitas terjadi ketika siswa memunculkan ide baru dan pemikiran yang orisinal dari diri mereka sendiri yang sangat berharga dan bermakna dalam konteks pembelajaran di kelas.
Motivation
Aplikasi AI yang digunakan dalam dalam proses pembelajaran Bahasa di kelas juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Berdasarkan Self Determination Theory (SDT) Deci dan Ryan (1985), penelitian ini menemukan bahwa teknologi AI dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan motivasi belajar siswa. Ketika siswa tertarik dan bersemangat dengan apa yang dipelajarinya, itu bisa menjadi tanda adanya motivasi secara intrinsik. Pengakuan yang senada juga menyatakan bahwa AI memiliki potensi untuk meningkatkan karakter otonom peserta didik.
Singkatnya, mengenai motivasi, ada dua kata kunci di sini yaitu ketertarikan dan otonomi. Terlepas dari pembahasan tentang hakikat motivasi yang begitu kompleks, hal itu bisa dibuktikan dengan cara mengukur dan mengamati perilaku siswa. Penggunaan Self Determination Theory SDT ini terbukti bermanfaat dalam mengidentifikasi dan menguji motivasi belajar siswa dengan menggunakan teknologi digital pada proses pembelajaran bahasa (Henry & Lamb, 2019). Sejalan dengan Yin (2020), hal ini merupakan temuan penting karena memberikan bukti tentang bagaimana teknologi, khususnya teknologi AI, dapat membantu membangun motivasi siswa di ruang kelas EFL.
AI adalah teknologi yang relatif baru, akan tetapi sudah mampu mengubah wajah dunia. Di bidang pengajaran dan pembelajaran bahasa, ada beberapa perkembangan yang mempengaruhi cara guru mengajar dan cara siswa belajar. Untuk memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang masalah ini, bagaimanapun juga harus lebih banyak data yang diperlukan serta melibatkan lebih banyak guru dengan konteks yang berbeda. Akan lebih lengkap pula jika hal ini dilihat dari sudut pandang siswa dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya secara umum atau dalam konteks pembelajaran bahasa secara khusus.
Reeferensi
Bereczki, E. O., & Kárpáti, A. (2021). Technology-enhanced creativity: A multiple case study of digital technology-integration expert teachers’ beliefs and practices. Thinking Skills and Creativity, 39, 100791. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2021.100791
El Shazly, R. (2021). Effects of artificial intelligence on English speaking anxiety and speaking performance: A case study. Expert Systems, 38(3), e12667. https://doi.org/10.1111/exsy.12667
Edwards, B. I., & Cheok, A. D. (2018). Why not robot teachers: Artificial intelligence for addressing teacher shortage. Applied Artificial Intelligence, 32(4), 345–360. https://doi.org/10.1080/08839514.2018.1464286
Henry A., Lamb M. (2019). L2 motivation and digital technologies. In Lamb M., Csizér K., Henry A., Ryan S. (eds) The Palgrave handbook of motivation for language learning. Palgrave Macmillan. https://doi.org/10.1007/978-3-030-28380-3_29
Montebello, M. (2018). AI injected e-learning. Springer.
Persson, V., & Nouri, J. (2018). A systematic review of second language learning with mobile technologies. International Journal of Emerging Technologies in Learning, 13(2), 188–210. https://doi.org/10.3991/ijet.v13i02.8094
Rieland, R. (2017). Is artificial intelligence the key to personalized education? Smithsonian Magazine. https://www.smithsonianmag.com/innovation/artificial-
intelligence-key-personalized-education-180963172/
Sumakul, D. T. (2019). When robots enter the classrooms: Implications for teachers. In E-proceeding of the international conference on embedding artificial intelligence (AI) in education policy and practice for Southeast Asia (pp. 42-48). SEAMEO SEAMOLEC.
Stockwell, G. (2016). Mobile language learning. In F. Farr & L. Murray (Eds.), The Routledge handbook of language learning and technology (pp. 296–307). Routledge.
Yin, J., Goh, T. T., Yang, B., & Xiaobin, Y. (2021). Conversation technology with micro-learning: The impact of chatbot-based learning on students’ learning motivation and performance. Journal of Educational Computing Research, 59(1), 154-177. https://doi.org/10.1177%2F0735633120952067
Penulis : AHMAD RIFAI
Kandidiat Doktor Pendidikan Bahasa Inggris UNNES
Posting Komentar