Kadisperindagkop UM Natuna, Marwan Sjah Putra- |
Sedangkan untuk dipasarkan keluar daerah, harga yang ditawarkan dari Natuna cukup tinggi, dibandingkan produk serupa diluar, sehingga kurang diminati.
Kepala Dinas Perindustrian Pedagangan Koperasi Usaha Mikro (DisperindagKop UM) Natuna, Marwan Sjah Putra saat dikonfirmasi di Ranai mengakui, pemasaran dan biaya produksi yang tidak seimbang menjadi kendala utama Usaha Mikro di Natuna untuk mengembangkan usaha yang ditekuni.
Salah satu usaha Mikro yang mengalami kendala dalam pengembangan usaha adalah kerajinan rotan. Menurut Marwan, persaingan produk sejenis yang berada di luar daerah juga merupakan kendala yang dihadapi pengrajin rotan didaerah ini.
Oleh Karenanya pihaknya berupaya untuk membantu pemasaran baik dengan menggandeng pemilik modal maupun melalui media sosial atau media online.
"Kita akan bantu pemasaran bahkan selama ini juga sudah kita lakukan baik dari mulut kemulut, dan juga melalui media sosial atau media online," ujar Marwan, Sabtu (28/05/2022).
Untuk pengembangan usaha produk jenis rotan ini tambah Marwan, tidak dapat hanya dilakukan oleh Disperindagkop UM saja, namun perlu lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti misalnya untuk budidaya rotan.
Jika bahan baku kerajinan rotan dapat dikembang biakan didaerah ini dipastikan dapat menekan biaya produksi tertama untuk bahan baku, dan tentunya akan berimbas pada harga jual hasil kerajinan.
"Kendalanya ini adalah produk sejenis, rotan. karena disini untuk mendapatkan rotan saja harus masuk jauh kedalam hutan, dan ini tidak mudah, sudahlah cari kedalam hutan, lalu pengrajin juga harus beli. Jika budidaya rotan bisa berkembang maju, dipastikan tidak akan sulit lgi mendapatkan bahan baku dan akan jauh lebih murah, tentunya harga produksi kerajinan juga akan lebih murah," tambah Marwan.
Pelaku usaha kerajinan rotan yang mengalami kendala bahan baku dan pemasaran adalah pengrajin rotan dari Setengar Desa Cemaga Selatan, Kecamatan Bunguran Selatan. Ani pengrajin rotan di Desa tersebut terpaksa menghentikan usahanya.
Ani mengaku bahan baku dan biaya produksi tidak seimbang dengan harga jual, sehingga ia dan beberapa pengrajin lainnya terpaksa menghentikan usaha, dikarenakan banyak yang tidak laku.
"Harga bahan baku cukup tinggi, sementara kita jual murah tidak ada untung, dijual harga tinggi tidak laku, akhirnya kita berhenti saja dari pada merugi terus," ungkap Ani.
Diharapkan kedepan upaya Disperindag menggandeng OPD lain untuk membudidayakan rotan dan juga membantu pemasaran hasil kerajinan dapat teralisasi sehingga usaha industri kecil di Natuna dapat kembali bangkit.]
(Piston)
Posting Komentar