NATUNA | KEJORANEWS.COM : Pemerintah telah memberlakukan
konversi minyak tanah ke Gas sejak tahun 2017 lalu. Hal ini dilakukan sebagai
upaya menggantikan penggunaan Bahan bakar kepada yang lebih ramah lingkungan.
Konversi ini diiringi dengan subsidi Gas elpiji 3 kilogram dari pemerintah.
namun sayangnya hingga saat ini masyarakat Natuna belum menikmati konversi
minyak tanah ke Gas, padahal Natuna mepuakan daerah penghasil Minyak tanah dan
Gas (Migas).Pangkalan minyak tanah ( sumber web)-
Hingga kini 80 persen
masyarakat di Natuna masih menggunakan Bahan bakar Minyak (BBM) kerosine atau
minyak tanah sebagai bahan bakar utama untuk memasak. Bahkan lebih mirisnya
lagi jatah minyak tanah yang biasa didapat di pangkalan pengecer Mitan hanya 2 liter per keluarga
dengan harga Rp.7000. Kuota 2 liter itu dialokasikan untuk satu minggu. Jumlah
ini tentu saja tidak cukup untuk konsumsi rumah tangga.
Seperti yang dikeluhkan oleh Baniah, ibu rumah tangga di Ranai. menurutnya jatah
minyak tanah 2 liter hanya cukup untuk memasak 3 hari. sementara harga gas non
subsidi di Natuna melambung tinggi hingga mencapai Rp.270 ribu pertabung ukuran
12 kilogram, tidak semua keluarga mampu membeli Gas Elpiji. Baniah berharap
agar Pemerintah dapat menambah kuota minyak tanah bagi keluarga di Natuna.
"2 liter itu hanya cukup untuk masak 3 hari, Pemerintah
tolong perhatikan keadaan ini. Tidak semua masyarakat yang mampu membeli gas,
tolong jatah minyak tanah ini ditambah," ujar Baniah, Kamis (14/04/2022).
Sementara itu kuota minyak tanah dari Badan pengelola Hilir
(BPH) Migas, bagi Natuna untuk tahun 2022, hanya 3000 Kilo Liter. Jumlah ini
dibagi untuk 2 Agen besar di Natuna, yang kemudian didistribusikan kepada agen
penyalur setiap kecamatan.
Kepala bagian Ekonomi Setda Natuna, Wan Sazali melalui sambungan
telepon mengungkapkan, bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) Natuna telah mengajukan
penambahan kuota kepada BPH Migas namun menurutnya jawaban dari pihak BPH
Migas, masih menunggu persetujuan dari DPR dan Kementrian keuangan, pihak BPH
juga kata Wan Sazali minta Pemkab Natuna untuk menunggu hingga Triwulan ketiga.
" Kita sadari penduduk Natuna terus bertambah, kebutuhan
minyak tanah terus meningkat, namun kuota dari BPH Migas tidak bertambah hingga
saat ini, setiap tahun kita selalu usulkan," ujar Wan Sazali.
Sementara itu mengenai keinginan agar Natuna bisa mendapatkan
konversi minyak tanah ke Gas, seperti daerah lain di Kepri diakui Kabag Ekonomi
sudah sering disampaikan, namun kendala utama belum adanya Stasiun Pengisi
Bahan Bakar Umum (SPBU) khusus Gas Elpiji, menjadi kendala utama belum
terlaksananya konversi minyak tanah ke Gas.
"Sampai sekarang daerah kita belum ada SPBU untuk Gas,
jadi itu menjadi kendala utama, itu juga yang membuat harga Gas mahal didaerah
kita," tambah Wan Sazali.
Penentu kebijakan mengenai kuota Minyak tanah atau konversi
minyak tanah ke Gas dilakukan oleh pemerintah melalui BPH Migas, sementara
untuk pendistribusian dan Penyaluran kepada daerah dilakukan oleh Pertamina
sebagai rekanan dari BPH Migas. Dalam hal ini Pertamina mendistribusikan
kuota BBM sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh BPH Migas.
Asisten Manajer Humas Pertamina Niaga Regional Sumbagut
Agustiawan, mengatakan kemungkinan Natuna untuk mendapatkan program Konversi
Minyak tanah ke Gas ada, namun tentunya harus dilengkapi terlebih dahulu
fasilitas pendukung seperti SPBU khusus Gas Elpji di Natuna, sehingga untuk
Proses pengisian ulang tabung gas Elpiji tidak harus dilakukan dengan mengirim
keluar daerah.
"Ya Kemungkinan akan mengarah kesana, karena kita kan akan
lebih mendorong penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Namun untuk
daerah - daerah yang memang belum memungkinkan maka pemerintah tetap
mengalokasikan minyak tanah atau kerosine didaerah tersebut," ujar
Agustiawan melalui sambungan telepon.
Menanggapi belum adanya penyediaan tabung gas 3 kilo di Natuna,
Asisten Manajer Humas Pertamina Niaga Regional Sumbagut Agustiawan mengatakan,
pihaknya akan mencoba untuk mencari tahu apakah dapat dilakukan untuk
Natuna.
Diharapkan Pemerintah pusat dapat lebih pedli dengan kondisi di
Natuna sebagai daerah penghasil Migas namun belum dilakukan konversi minyak
tanah ke Gas, dan juga minimnya kuota minyak tanah yang harus diterima
masyarakat didaerah ini.(Piston)
Posting Komentar