BATAM I
KEJORANEWS.COM : Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek), Restu Gunawan berkunjung ke Museum Batam Raja Ali Haji,
Jumat (11/3/2022). Kunjungan ini dalam rangka kegiatan berkunjung di daerah
dengan tujuan berdiskusi, mendengar keluhan, dan harapan daerah yang
dikunjungi.Direktur PPK Kemendikbudristek RI, Restu Gunawan saat
Tinjau Museum Raja Ali Haji-
Kunjungannya ini
disambut oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam,
Ardiwinata dan Kepala UPT Museum Batam Raja Ali Haji, Senny Thirtywani.
Pada kunjungannya
tersebut, Restu mengapresiasi kepada Pemerintah Kota (Pemko) Batam dalam hal
ini Disbudpar Kota Batam karena memanfaatkan gedung tak terpakai sehingga
menjadi museum yang mempunyai nilai sejarah dan budaya. Sebagai informasi,
sejarah bangunan museum ini merupakan bekas gedung astaka MTQ XXV tingkat
nasional, yang disumbangkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri kepada
Pemko Batam.
"Ini salah
satu contoh pemanfaatan gedung lama untuk kebudayaan. Banyak daerah lain
pengennya membangun tetapi Pemko Batam luar biasa idenya ada gedung lama
dimanfaatkan jadi museum," ucapnya.
Selain menjadi
tempat koleksi benda-benda bersejarah, ia berharap museum menjadi tempat
publik, tempat menggelar kegiatan pameran, seniman dan budayawan menampilkan
karyanya. Menurutnya museum ini contoh menunjukkan kemajuan bangsa sehingga
perlu didukung museum yang mempunyai koleksi, narasi, tour guide (pemandu
wisata) yang bagus sehingga menjadi pintu masuk peradaban Batam.
"Koleksi
otorita, era BJ Habibie, perlu diperbanyak, beliau pasti senang. Kalau masih
ada peninggalan bisa dikejar oleh petugas museum untuk menjadikan koleksi
museum," ujarnya.
Dalam kegiatan
tersebut, Kepala Disbudpar Kota Batam, Ardiwinata, menjelaskan setiap koleksi
di Museum Batam Raja Ali Haji, salah satunya koleksi terbaru museum yakni
Tenggelamnya Kapal Perang Malakas Welvaren. Peristiwa ini yakni perang antar
Riau yang dipimpin oleh Raja Haji Fisabilillah dan Belanda yang dipimpin oleh
Jacob Piter Van Bram.
Peristiwa ini
dikenal sebagai perang sosoh, kurang lebih 500 pasukan Belanda tewas dan sebuah
kapal perang paling besar milik Belanda bernama Malakas Welvaren terkena
tembakan meriam.
"Replika kapal
ini dibuat oleh anak muda Batam berasal dari Pulau Galang bernama Hamdan,"
katanya.
Ia menyampaikan,
museum terus mencari informasi dan melengkapi koleksi-koleksi yang bersejarah.
Terlebih, museum pertama Kota Batam ini semakin dikenal oleh masyarakat Batam
dan wisatawan.
"Berbagai
daerah perna berkunjung ke museum untuk melihat sejarah Batam, ada juga daerah
yang menjadikan museum ini sebagai rujukan untuk membangun museum di
daerahnya," terangnya.
Kominfo
Posting Komentar