CIREBON I KEJORANEWS.COM : Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berakhlak Mulia; Berkebinekaan global; Gotong royong; Mandiri; Bernalar Kritis;
dan Kreatif, merupakan tuntutan profil pelajar pancasila yang kini digaungkan
pemerintah. Enam profil ini merupakan ciri karakter perwujudan pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kurikulum menjebatani tuntutan
profil tersebut melalui empat kompetensi inti diantaranya kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.Edy Waloyo, M.Pd-
Dapat dengan jelas
kita rasakan serangkaian dampak negatif pandemi Covid-19, hanya saja yang
sering tidak kita sadari terselip beberapa dampak positif. Tak terkecuali dalam
bidang pendidikan. Pendidik yang selama ini terbuai dalam zona nyaman tanpa
melibatkan literasi digital, pandemi “memaksa” untuk membersamai teknologi
bersamanya. Berbagai aplikasi Learning
Manajemen System dalam pengelolaan pendidikan, memberi kemudahan yang
mungkin saja selama ini tak terjamah. Hingga saat ini berada pada titik dimana
pendidik mulai menikmati proses pembelajaran berbasis online/ Pembelajaran Jarak Jauh.
Perkiraan Pandemi
yang dimulakan dengan rehat dua pekan, nyatanya nyaris terjadi selama dua
tahun. Seiring berjalan, Dunia mulai pulih. Bebagai lini berbenah. Proses pembelajaran, pun kembali
terjamah. Ruang-ruang kelas tak lagi sunyi. Geliatnya membarakan pendidikan
yang sejatinya senantiasa diperlukan. Meski belum sepenuhnya pulih, separuh
kelas disarankan melaksanakan simulasi kegiatan Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas di sekolah.
Pendidik yang
selama ini melaksanakan pembelajaran melalui PJJ, kini beradaptasi dengan
regulasi terbaru. Blanded Learning
menjadi alternatif solusi. Blanded learning membagi
proses pembelajaran menjadi dua metode pembelajara dalam satu waktu, dimana separuh
kelas pertama melaksanakan pembelajaran Tatap Muka terbatas (PTM-T di Sekolah),
sedangkan separuh lainnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di rumah.
Blended learning menurut Zaharah Hussin merupakan
gabungan pembelajaran lansung dan
pembelajaran daring/online, peserta
didik harus mencari
gaya belajar yang
aktif sesuai dengan dirinya, pembelajaran
ini memperkuat pembelajaran
teknologi masa kini (Hussin et al., 2013). Idris menambahkan bahwasanya Blended Learning menekankan
kombinasi proses pembelajaran berbasis internet (online) dan pembelajaran tatap muka (face to face) (Idris, 2018).
Pembelajaran blanded
learning tentu memiliki tujuan
dan pencapaian sesuai dengan
yang diharapkan. Husamah mendeskripsikan tujuan
pembelajaran blanded
learning diantaranya: (1) Membantu
siswa agar dapat berkembang,
(2) Menyediakan peluang praktis
serta realistis bagi siswa, serta (3) Jadwal yang fleksibelitas
bagi siswa (Husamah, 2015).
Soekarwati dkk, menggambarkan bahwa karakteristik Pembelajaran
blanded learning diantaranya: (1)
Penggabungan segala proses dalam
pembelajaran, (2) Sebagai
sebuah kombinasi antara belajar via online dengan tatp muka,
(3) Sebagai campuran yang efektif bagi pendidik
atau guru dalam
proses pembelajaran, (4)
Memiliki peran yang sama antara guru dan siswa (Soekartawi et al., 2002).
Setiap kebijakan maupun metode pembelajaran tentu
memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa Kelebihan pembelajaran blanded learning menurut Ari
Susandi diantaranya: (1)
siswa dapat mempelajari materi
pelajaran dengan mandiri, (2)
siswa bisa berdiskusi
dengan guru diluar
jam tatap muka,
(3) guru dapat memperkaya
materi melalui fasilitas
internet, (4) guru
bisa meminta siswa membaca
materi dengan mantap,
(5) siswa bisa
saling berbagi materi ataupun dalam bentuk file kepada teman lainnya (Susandi, 2017).
Kekurangan
pembelajaran blanded learning menurut hasil wawancara dengan salah satu
guru SMA di Kota Tegal, antara lain (1)
media yang digunakan sangat beragam, oleh karena itu sulit diterapkan jika
sarana dan prasarana tidak memadai, (2) kurangnya pengetahuan
serta penggunaan teknologi bagi
siwa, guru, maupun orang tua. (3) guru terkadang lupa bahwa sedang harus mengajar
PJJ dan PTM dalam waktu yang bersamaan sehingga hanya fokus kepada yang sedang
PTM saja, (4) peserta didik yang sedang PJJ kurang mendapat perhatian ketika
guru tersebut secara bersamaan sedang melaksanakan kegiatan PTM pada kelas
mereka di sekolah.
Dalam
beberapa penelitian, Blended Learning
memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelajaran, mulai dari proses belajar
mengajar (Banggur et al., 2018; Fandianta et al., 2013), motivasi
belajar, dan hasil belajar peserta didik (Isti’anah, 2017; Ni’matul Khoiroh et al, 2017). Selain itu,
model pembelajaran ini sangat cocok apabila digunakan sebagai model
pembelajaran di era abad 21 dan masa depan (Hasbullah, 2015; Wardani et al., 2018). Disamping
untuk meningkatkan hasil belajar, Blended Learning bermanfaat juga untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada
tiga model pembelajaran, yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang
kelas tradisional, yang blended dan yang sepenuhnya online.
Untuk
mengakomodasi perkembangan teknologi (e-learning)
tanpa harus meninggalkan pembelajaran tatap muka terbatas diperlukan strategi
pengorganisasian pembelajaran, penyampaian pembelajaran, serta kualitas pembelajaran
yang tepat. Manajemen pembelajaran berbasis Blended
Learning di masa Pandemi Covid-19 pada satuan pendidikan merupakan salah
satu komponen pendidikan yang memfasilitasi hal tersebut. Manajemen
pembelajaran yang bemutu menghasilkan output pendidikan yang bermutu. Manajemen
pembelajaran berbasis Blended Learning
menjadi jawaban pembelajaran era pembiasaan baru masa Pandemi Covid-19 sebagai
upaya optimalisasi agar tujuan pendidikan tercapai melalui pemenuhan akhir dari
tujuan kurikuler, tujuan institusional/ satuan pendidikan, maupun tujuan pendidikan
nasional.
Penulis : Edy Waloyo, M.Pd
Kandidat Doktor Pend
Bhs Inggris UNNES & Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Posting Komentar