Natalia Manuhutu, M.Hum- |
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Rumansara (2015) tentang memahami kebudayaan lokal Papua sebagai suatu pendekatan pembangunan yang manusiawi di tanah Papua. Beliau mengemukakan beberapa kasus pembangunan yang gagal akibat dari pembangunan yang sifatnya top down sehingga bertentangan dengan karakteristik budaya mereka yang telah dibangun sejak nenek moyang mereka. Maka, pendekatan budaya disarankan harus digunakan sebagai media pembangunan paling penting untuk suatu perubahan.
Permasalahan kualitas pendidikan di Papua masih menjadi masalah yang belum dapat diselesaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian studi kasus pada sekolah menengah atas di Kabupaten Merauke oleh Betaubun dkk (2014), ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas lulusan di wilayah perbatasan Indonesia Timur yaitu dua dari empat faktor utama yaitu kompetensi guru dan kehadiran serta motivasi belajar siswa.
Hasil penelitian studi kasus lain juga pada lulusan SMA Negeri di Kabupaten Merauke oleh Werang dkk (2014), dikemukan bahwa strategi alternatif yang dapat dilakukan terkait peningkatan kualitas lulusan di wilayah perbatasan Indonesia Timur yaitu sosialisasi tentang pentingnya pendidikan kepada orang tua yang tinggal di pedesaan dan daerah terpencil di Kabupaten Merauke, juga pelatihan dan pendidikan dalam jabatan guru. Dan, melihat kenyataan di lapangan bahwa bahasa Inggris masih dianggap sebagian besar peserta didik baik dari tingkat sekolah dasar, menengah hingga universitas sebagai suatu pelajaran yang sulit dipahami dan dimengerti.
Permasalahan pembelajaran bahasa Inggris yang sampai saat ini belum mendapat pemecahan secara tuntas adalah adanya anggapan pada diri peserta didik bahwa pelajaran ini sulit dipahami dan dimengerti. Ini menyebabkan pelajaran bahasa Inggris tidak disukai, bahkan sebagian siswa bersikap antipati dan menganggapnya sebagai momok.
Berdasarkan penjelasan di atas, hal yang dapat diperbaiki yaitu motivasi belajar di kalangan siswa yang kurang didukung oleh kesiapan guru. Alhasil, sering kali pembelajaran bahasa Inggris dianggap tidak memuaskan karena pemerolehan kompetensi berbahasa Inggris masih dikatakan kurang.
Berdasarkan keadaan dan kebutuhan di atas, maka untuk mengatasi hal tersebut setidaknya ada solusi penyelesaian yang dapat diupayakan yaitu dengan memberikan pelatihan terkait perubahan dalam materi ajar yang digunakan, diikuti dengan pendekatan pembelajaran agar siswa di Merauke memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang baik. Hal ini dilakukan karena materi ajar (buku) yang ada, beredar dan banyak dipakai di sekolah saat ini tidak memberikan kemudahan atau bimbingan kepada guru untuk mengembangkannya sesuai dengan budaya atau kearifan lokal yang ada di Papua, khususnya Merauke. Hal ini didukung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Betaubun dkk (2018). Dikemukan bahwa penerapan pola pendidikan khusus, keterpaduan bahan ajar dengan muatan lokal, dan penetapan bahasa Inggris sebagai bahasa wajib kedua, semakin mendesak ditindaklanjuti karena sampai saat ini masih menerapkan pola yang biasa (standar nasional pendidikan) yang tidak sesuai dengan kondisi siswa yang ada di Merauke. Oleh karena itu, salah satu langkah konkrit yang harus dilakukan adalah mengupayakan pembaruan materi ajar harus segera dilakukan berdasarkan dengan menggunakan pendekatan budaya dan kearifan lokal Papua khususnya di Merauke yang dapat diterapkan dalam pengembangan kompetensi berbahasa sesuai dengan tuntutan pasar. Selain itu materi ajar memiliki peran yang cukup strategis dalam menopang pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris.
Pengembangan materi ajar yang dipadukan dengan budaya masyarakat sekitar, khususnya budaya Papua khususnya yang ada di Distrik Merauke merupakan upaya yang sangat penting dalam meningkatkan minat belajar peserta didik. Pentingnya memadukan kearifan lokal dalam pembelajaran telah dilaporkan oleh Suastra (2005) bahwa dengan memadukan budaya lokal dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini pun didukung dengan pendapat dari Baker and Taylor (1995) yang menyatakan bahwa latar belakang budaya setiap siswa mempengaruhi cara siswa tersebut dalam mempelajari dan menguasai konsep-konsep sains yang diajarkan di sekolah, perasaan dan pemahaman siswa yang berlandaskan kebudayaan di masyarakat ikut serta berperan dalam menginterpretasikan dan menyerap pengetahuan yang baru.
Dengan pengintegrasian kearifan lokal Papua ini dalam pengembangan model materi ajar bahasa Inggris diharapkan akan dapat mengembangan karakter siswa seperti disiplin, rasa ingin tahu, kerja keras, tanggung jawab, jujur, toleransi, peduli terhadap lingkungan dan sesama, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Selain itu dengan mengintegrasikan kearifan lokal Papua ke perangkat pembelajaran diharapkan mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam pengimplementasiannya di sekolah untuk mengajarkan Bahasa Inggris yang diharapkan juga mampu menunjang pengembangan karakter siswa siswa dan menumbuhkan sikap cinta terhadap budaya mereka sendiri, serta secara tidak langsung penguatan karakter bangsa dapat tercapai juga.
Referensi:
Baker, D. dan Taylor, P. 1995. The Effect of Culture on the Learning of Science in NonWestern Countries: the Result of an Integrated Research Review. Journal Science Education, Vo.17 (6): 695-704.
Betaubun, M, dkk. 2014. Factors Affecting The Low Quality Of Graduates In East Indonesia Border Area (Case Study At State Senior High Schools In Merauke Regency, Papua). International Journal of Education and Research, Vol.2 (4): 187-196.
Betaubun, M, dkk. 2018. Description Of English Language Learning In The Border Of Merauke - Papua New Guinea. International Journal of Mechanical Engineering and Technology (IJMET), Vol. 9 (11): 990–994.
Rumansara, E. H. 2015. Memahami Kebudayaan Lokal Papua : Suatu Pendekatan Pembangunan Yang Manusiawi Di Tanah Papua. Jurnal Ekologi Birokrasi, Vol.1 (1): 47- 58.
Suastra, I. W. 2005. Mengembangkan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jurnal Pendidikan, Vol.38 (3): 31-35.
Werang, Basislius R, dkk. 2014. Alternative Strategy For Improving The Quality Of Graduates In East Indonesia Border Area (Case Study On State Senior High School Graduates In Merauke Regency). International Journal of Education and Research, Vol.2 (4).
Penulis: Natalia Manuhutu, M.Hum,
Dosen Universitas Musamus, Mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang
Posting Komentar