Setelah acara poto bersama. |
Kunjungan tersebut sekaligus kaji bersama hasil analisa resiko yang telah disusun baik Karantina Pertanian Palembang maupun Karantina Pertanian Palu terkait penyakit African Swine Fever sesuai program Badan Karantina Pertanian Tahun 2021.
Babi hutan (Sus scrofa) termasuk satwa liar mangsa utama dari Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan tersebar hampir diseluruh dunia. Babi hutan merupakan salah satu plasma nutfah yang terdapat di Sumatera Selatan yang harus kita lindungi untuk keseimbangan alam. Sisi lain, perkembangan ekonomi, masyarakat melihat keadaan ini sebagai peluang yang bernilai ekonomi untuk dilalulintaskan antar area tujuan Palu dan Ternate.
Sejak merebaknya penyakit African Swine Fever (ASF) di Sumatera Utara pada taun 2019. Karantina Pertanian Palembang memperketat lalu lintas daging babi hutan melalui wilker Bandara, Pelabuhan Boom Baru, Pelabuhan Tanjung Api - Api dan jalur lintas Sumatera. Sesuai amanah UU no.21 Tahun 2019. Analisa resiko sebagai tools pejabat Karantina dalam melakukan tindakan Karantina.
Hal ini melatarbelakangi tim untuk menyusun analisa resiko dengan tema Analisis Risiko Masuknya Penyakit ASF melalui Sampah Kapal Asal Tiongkok di Pelabuhan Boom Baru Palembang. Khusnul Susanto, Dokter Hewan Karantina Muda Karantina pertanian Palembang mengatakan, hasil analisa resiko masuknya penyakit ASF melalui sampah kapal adalah sangat rendah.
Namun akan memiliki dampak yang tinggi jika virus ASF sampai masuk dan menginfeksi babi di sumatera selatan jika sampah kapal terinfeksi virus ASF sampai ke Pelabuhan Boom Baru. Penilaian Risiko ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Pelindo, KKP dan KSOP. Selanjutnya perlu implementasi manajemen resiko antar lintas sektoral untuk menekan resiko agar tidak berdampak seperti kesepakatan SOP penanganan sampah kapal antar lintas sektoral dan monitoring berkelanjutan Terhadap penanganan sampah dan uji laboratorium.
Selanjutnya Made dari Karantina Pertanian Palu menyampaikan bahwa lalulintas daging babi hutan asal Sumatera Selatan tujuan Palu beresiko sedang. Hal ini diperlukan manajemen resiko ditempat asal agar diperketat biosekurity, asal usul daging babi hutan,serta pengujian ASF sebelum dilalulintaskan serta kestabilan suhu saat transportasi sampai tempat tujuan.
Harapan bersama dengan kompetensi pejabat karantina dalam menyusun analisa resiko akan menjadi tools dan skill untuk menekan resiko dan mencegah penyebaran hama penyakit hewan karantina baik impor maupun antar area ujar Herwintarti saat memandu acara.
(Yusri)
Posting Komentar