Ardi Winata dan Buralimar- |
Kepala Dispar Kepri, Buralimar membuka langsung kegiatan ini. Ia mengatakan Dispar pertama kali menggelar pembinaan bagi Pokdarwis di Kota Batam. Kegiatan ini bertujuan memacu semangat para anggota Pokdarwis Kota Batam saat pandemi Covid-19, terlebih saat ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) fokus memajukan pariwisata.
"Hari ini kita datangkan dua narasumber yakni Pak Kadis Ardiwinata (Kadisbudpar Kota Batam) dan Pak Gery, Pengelola Pandang Tak Jemu Desa Wisata Kampung Tua Bakau Setrip," terangnya.
Dengan harapan kegiatan, pariwisata Kepri bergairah kembali menuju wisata Aman tahun 2022.
Narasumber, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Ardiwinata, mengatakan Desa Wisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mempunyai peran penting memajukan pariwisata di Kota Batam khususnya dan Kepri umumnya.
"Pokdarwis ini adalah kelompok masyarakat yang memiliki peran penting dan kontribusi pariwisata di daerahnya," katanya.
Ia menyampaikan, seorang anggota Pokdarwis harus memahami Sapta Pesona yaitu konsep sadar masyarakat sadar wisata sebagai tuan rumah destinasi dalam upaya menciptakan lingkungan dan suasana kondusif, yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata, melalui tujuh unsur yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.
"Jangan bicara profit dulu, tetapi apa yang kita siapkan. Bagaimana mengelolah pariwisata yang baik karena kita adalah pelaku pariwisata," tegasnya.
Ardi melanjutkan, setelah memahami tentang Sapta Pesona, pastinya harus diterapkan di tempat wisata tersebut dan juga dipromosikan lewat media sosial.
"Misalnya kita harus menjaga kebersihan, memberikan rasa nyaman, wisata yng indah ada tanaman-tanamannya, ramah kepada wisatawan, sehingga memberikan kenangan kepada pengunjung untuk datang kembali," ucapnya.
Ia menambahkan ada tiga konsep mengembangkan pariwisata yakni aksesbilitas, amenitas, dan atraksi. Wali Kota Batam, Muhammad Rudi sudah mengembangkan infrastruktur Kota Batam dalam konsep pariwisata.
Kemudian atraksi ada dua yakni atraksi alam, seperti hutan mangrove, pantai, dan atraksi buatan adanya bazar kuliner dan penampilan budaya. Tempat wisata ini harus mempunyai amenitas yakni dukungan objek wisata seperti adanya rumah sakit, restoran, dan sebagainya.
"Community Based Tourism (CBT) juga harus ada amenitas. Kalau wisatawan lapar ada tempat makan, kalau mereka sakit setidaknya ada obat, dan tempat tinggal mereka yakni homestay." ujarnya.
Homestay merupakan rumah warga lokal yang disewakan kepada turis. "Kita punya rumah kita jadikan tempat tinggal wisatawan, kita ajarkan mereka budaya, kita ajak makan khas makanan kita seperti ikan asam pedas" ungkapnya.
Kominfo
Posting Komentar