Rektor Umrah: Budi Daya dan Tangkap Ikan, Belum Digarap Maksimal di Kepri


Rektor Umrah: Budi Daya dan Tangkap Ikan, Belum Digarap Maksimal di Kepri

Rektor Umrah: Budi Daya dan Tangkap Ikan, Belum Digarap Maksimal di Kepri
Ikan Laut

TJ.PINANG I KEJORANEWS.COM : Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Kota Tanjung Pinang, Agung Dhamar Syakti mengatakan bahwa Kepulauan Riau (Kepri) sampai sekarang belum menggarap bioteknologi, padahal potensial menjadi sumber pendapatan baru bagi pengusaha dan pemerintah.

"Industri bioteknologi belum digarap. Ini terbuka, dan potensial dikelola. Tentu diawali dengan riset oleh para ahli, dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar," katanya, di Tanjung Pinang - Kepri, (3/8).

Ia menjelaskan, bioteknologi merupakan teknik penggunaan biota laut atau bagian dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan (merekayasa) organisme untuk keperluan tertentu, termasuk perbaikan lingkungan.

Contohnya, pengelolaan tepung ikan, yang memiliki zat baik untuk perkembangan otak anak. Bakteri yang ditemukan dari bioteknologi kelautan juga mampu mengurai limbah minyak untuk mencegah pencemaran laut.

"Di sekitar kita, di bibir laut, banyak dijumpai pohon bakau. Ini juga bermanfaat dalam kajian industri bioteknologi, yang dapat berkembang," ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa para peneliti di Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang juga mengambil peran penting dalam berbagai riset bioteknologi, meski ditemukan berbagai kendala sehingga hasilnya belum maksimal.

"Kami ingin kampus ini menjadi bagian terpenting dalam riset yang mampu mengelola sumber daya kelautan untuk kepentingan publik dan pemerintah," jelasnya.

Selain bioteknologi kelautan, ia menambahkan potensi kemaritiman yang belum digarap maksimal yakni perikanan tangkap dan budi daya ikan. Hasil tangkapan ikan di wilayah Indonesia I yakni Kepri baru mencapai 400-500 ribu ton dari 1,1 juta ton potensi ikan.

"Artinya, masih ada sekitar 600-700 ribu ton ikan yang masih berpeluang ditangkap, dan dijual. Untuk membangun industri perikanan tersebut dibutuhkan investasi dan pengadaan kapal ikan berskala besar," katanya.

Terkait kerambah ikan, menurutnya Kepri memiliki sekitar 400 ribu hektare lahan. Saat ini, baru digarap 60 ribu hektare. "Masih banyak tempat untuk budi daya ikan, udang, kepiting dan lainnya. Untuk meningkatkan pendapatan di sektor ini dibutuhkan investasi, regulasi dan teknologi," terangnya.


Andi Pratama

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama