Waspadai, Radikalisme Rentan Mengenai Usia Di Bawah 30 Tahun, Ini Ciri-cirinya


Waspadai, Radikalisme Rentan Mengenai Usia Di Bawah 30 Tahun, Ini Ciri-cirinya

JATIM I KEJORANEWS.COM:Sekretaris PPI, Pusat Pembinaan Ideologi UNESA Ahmad Bashri, menyampaikan hal tersebut pada Forum Dialog Khusus dengan tajuk "Edukasi Bebas Radikalisme-Terorisme" Kamis 29/04/2021.

Berlangsung  di stasiun JTV Surabaya acara tersebut  merupakan apresiasi kerjasama antara PPI UNESA dan Polda Jatim dalam edukasi pencegahan radikalisme di masyarakat.  

Menurut Achmad Bashri berdasarkan penelitian, mayoritas generasi muda yang banyak terpapar radikalisme adalah para pemuda. Kisaran usia dibawah 30 tahun. Yakni dengan akumulasi 59 persen. 

"Hal ini disebabkan mereka pada fase sedang proses mencari jati diri," jelas Ahmad Bashri. 

"Adapun beberapa ciri mulai terpapar radikalisme diantaranya adalah sikap tertutup. Merasa pemahaman dirinya terhadap sesuatu sebagai yang paling benar, " lanjut lelaki yang juga dosen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNESA itu. 

Hadir dalam acara itu selain Achmad Basri juga beberapa akademisi Unesa. Diantaranya Bambang Sigit sebagai anggota Tim Kelompok Kerja Karakter dan Ideologi Bangsa Forum Rektor Indonesia, Kepala Pusat Pembinaan Ideologi Unesa, Imam Marsudi, juga korban sekaligus pahlawan tragedi Bom Surabaya pada 13 Mei 2018 lalu, Yesaya Bayang. 

Tentang mahasiswa dan peran perguruan tinggi dalam membentengi radikalisme, Bambang Sigit mengatakan bahwa Perguruan tinggi memiliki peran yang cukup signifikan dalam usaha pencegahan radikalisme.

Untuk mahasiswa baru benteng pertahanan agar tak terdapat radikalisme telah diberikan sejak masa orientasi mahasiswa baru.

" Beberapa usaha Unesa untuk membekali mahasiswa diantaranya adalah dengan memberikan materi pemahaman radikalisme saat orientasi mahasiswa baru. PPI Unesa juga membuat buku panduan yang bisa dijadikan acuan dan telah, menjadi blue print pembinaan ideologi di perguruan tinggi," terang Kepala PPI,  Pusat Pembinaan Ideologi Unesa, Imam Marsudi.

Acara tersebut  juga memaparkan kilas balik peristiwa bom gereja,  oleh saksi hidup  Yesaya. Dia korban bom saat itu, juga pahlawan atas jasanya  menengarai pelaku bom agar tidak masuk lebih dalam ke gereja.

Dengan kondisi berulang kali mengalami operasi karena ada pecahan logam yang menembus kakinya,  Yesaya mengemukakan pentingnya kerukunan ummat beragama. 

" Saya harap semua orang menyadari bahwa kejadian teror bom itu tidak hanya berdampak pada korban saja, tapi juga orang-orang di sekitarnya, terutama keluarga terdekat orang yang terkena bom," jelas Yesaya. Yang masih merasakan trauma, teringat terus akan peristiwa tragedi bom Surabaya bertahun lalu itu. 

Anis Hidayatie 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama