Keluarga dan Tokoh Agama sangat Penting dalam Menolak Masuknya Paham Radikalisme


Keluarga dan Tokoh Agama sangat Penting dalam Menolak Masuknya Paham Radikalisme

FKUB NATUNA-
NATUNA I KEJORANEWS.COM : Peran  Saat ini, eksistensi radikalisme memiliki banyak pintu masuk baik secara Luar Jaringan ( Luring ) offline maupun Dalam Jaringan ( Daring) online ke Indonesia. Sehingga mulai dari kalangan orang tua hingga anak muda yang masih produktif, cukup rentan terpapar virus radikalisme. Jika dilihat dari sudut pandang agama, kata radikalisme dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham/radikal untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayai untuk diterima secara paksa. 

Selain itu, para penganut paham radikal cenderung memiliki pemahaman yang sempit, keras, dan selalu ingin mengoreksi paham orang lain yang bertentangan dengan ideologinya. 
Hal inilah yang menyebabkan keharmonisan dalam kehidupan sosial menjadi rusak. Parahnya, mereka secara terang-terangan mengakui dirinya sebagai seseorang yang anti terhadap Pancasila, dan tidak ingin negara Indonesia berdiri dengan azas Pancasila. Mereka ingin mengubah tatanan negara Indonesia yang pancasilais menjadi negara khilafah.

 Kita tidak bisa menutup mata, bahwa di Indonesia sempat muncul organisasi yang menyuarakan demokrasi adalah haram, sehingga solusi atas permasalahan bangsa adalah khilafah.

Mereka pun akan membid’ahkan segala yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Paham yang tidak sesuai dengan Pancasila seperti khilafah merupakan bom waktu yang memungkinkan mereka dapat menggulingkan pemerintahan yang sah.  Kaum radikal cenderung melihat pemerintah adalah sekelompok orang yang zalim. 

Menyikapi hal ini Wakil bupati Natuna, Ngesti Yuni Suprapti menyampaikan bahwa aksi radikalisme yang terjadi di indonesia beberapa waktu belakangan ini tidak terlepas dari adanya pemahaman agama yang keliru atau juga berlebihan.

Hal ini juga menjadi topik pembahasan dalam pertemuan forum koordinasi Umat beragama (FKUB) Kabupaten Natuna yang dilaksanakan di ruang kerja Wakil Bupati Natuna, Jum'at (16/4/2021).

 " Marilah kita bersama - sama dengan saling menghormati dengan melaksanakan ajaran agama kita masing- masing tidak usah ada iri dengki dan lain sebagainya, alhamdulillah di natuna ini saya yakin hal itu tidak akan terjadi," ujar Wabup pada kesempatan tersebut.

Wabup menambahkan, kesalahan dalam pemahaman agama dan ideologi bangsa akan menjadi terciptanya paham radikal yang bercabang. Oleh karenanya dengan tetap memahami ajaran agama masing - masing serta arti pancasila masyarakat diyakini dapat terhindar dari paham radikal,  selain itu cara menangkal pengaruh radikalisme pertama berasal dari keluarga. Keluarga merupakan tameng pertama dalam menolak masuknya paham radikal terutama bagi generasi muda.

"Keluarga merupakan awal pertama untuk menangkal masuknya paham radikal dalam keluarga terutama generasi muda yang sangat mudah terkontaminasi dengan hal - hal baru, pemahaman agama yang kuat dalam sebuah keluarga akan membuat jati diri anak terbentuk secara baik," tambah Wabup.Masyarakat diimbau untuk tetap mewaspadai penyebaran paham anti Pancasila tersebut.

Radikalisme masih dianggap sebagai musuh bersama. Untuk menangani hal ini, tentu saja semua pihak harus ikut meredam penyebaran tersebut. Selain sebagai sistem pendingin hati masyarakat dan pengayom, para pemuka agama mempunyai posisi penting dalam menjaga kebhinekaan dan persatuan bangsa.

Sementara itu Plt. Asisten Bidang Pemerintahan pemkab Natuna, Budi Darma pada kesempatan yang sama menyampaikan peran tokoh agama juga sangat penting dalam menyikapi radikalisme yang terjadi saat ini.  Seperti halnya keberadaan penceramah atau mubaligh yang menyampaikan ajaran ilsam melalui materi ceramah dan juga pendekatan secara persuasif kepada generasi muda menjadi salah satu cara yang cukup baik guna menolak masuknya faham radikal kepada generasi muda di Natuna.

"Kita ketahui bersama bahwa generasi muda kita yang memiliki sifat labil sangat mudah dipengaruhi, maka masukan dari para tokoh agama, mubaligh juga sangat penting untuk menolak paham radikal masuk kepada generasi muda,' kata Budi Darma.

Para pemuka agama saat ini memiliki tantangan yang tidak ringan. Selain dituntut merekatkan ikatan kebangsaan, pemuka agama juga harus menjadi bagian dari penyejuk masyarakat, bangsa dan negara. 

Salah seorang Tokoh agama di Natuna, Tirtayasa yang hadir dalam pertemuan FKUB tersebut mengatakan, bahwa kerukunan antar umat beragama menjadi fondasi utama bagi kelangsungan NKRI.

Jangan sampai Indonesia mengikuti negara-negara seperti Timur Tengah yang selalu berkonflik antarsatu dengan yang lainnya. Apalagi, konflik yang mengatasnamakan agama. Ia juga mengatakan bahwa agama sudah semestinya digunakan untuk mendamaikan dan mencerahkan umat manusia, bukan sebagai alat untuk adu domba.

"Kita harus memahami secara sadar bahwa tidak ada satu agama di dunia ini yang mengajarkan radikalisme ataupun terorisme. Aksi teror dan propaganda radikal yang melanda di dunia termasuk di Indonesia, bukanlah karena adanya pengaruh ajaran agama tertentu. Tetapi, karena ulah manusia, baik individu maupun golongan yang bersifat radikal dan tidak menginginkan adanya kedamaian," kata Tirtayasa.

Kehadiran paham radikal yang mampu menarik minat WNI untuk terbang ke Suriah, jelas menunjukkan bahwa paham radikalisme mampu menggiring manusia untuk membenci tanah kelahirannya.

Bahkan ia lebih memilih untuk pergi jauh dari negara yang gemah ripah loh jinawi ini. Semua pihak harus waspada apalagi jika terdapat berita provokasi yang berisi ujaran kebencian maupun sikap intoleransi.

Para penganut paham radikal  akan menggoreng segala kebijakan pemerintah untuk memuluskan agenda kelompoknya. Di masa pandemi misalnya, ketika pemerintah menganjurkan untuk beribadah di rumah dan tidak di tempat ibadah, maka kaum radikalis akan dengan lantang menyuarakan kezaliman pemerintah di laman media sosialnya.

Tirtayasa menegaskan, Nabi Muhammad tidak pernah membunuh dan selalu bergaul dengan siapapun tanpa memandang agama, baik Yahudi maupun Nasrani. Bahkan, Rasulullah telah menegaskan bahwa mereka punya hak kepada mereka. Artinya, kita saling membutuhkan dan tidak bisa saling memusuhi antar sesama manusia. Ia justru mempertanyakan bagaimana mereka mengklaim dirinya sebagai pejuang Islam, tetapi kelakuannya sangat jauh dari karakter Islam yang mencintai keindahan dan kedamaian.

Perlu diketahui bahwa khilafah yang kerap digaungkan oleh kelompok radikal tidak bisa berkembang di Indonesia karena bertolak belakang dengan sistem pemerintahan Indonesia yang sudah disepakati bersama sejak Kemerdekaan 1945. Ideologi bangsa sudah semestinya tidak perlu diperdebatkan, Pancasila sebagai ideologi NKRI telah disepakati sebagai ideologi negara yang mampu merekatkan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Wabup Ngesti Yuni Suprapti

Plt. Asisten Bidang Pemerintahan pemkab Natuna, Budi Darma 

FKUB Natuna

(Piston)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama