Rakor Pendidikan Vokasi di Jakarta |
JAKARTA I KEJORANEWS.COM : Pemerintah telah memutuskan mengembangkan pendidikan vokasi disertai berdirinya politeknik, guna meningkatkan kualitas lulusan siswa tingkat menengah yang memiliki keahlian. Kamis, (10/10/2019)
Indonesia setiap tahunnya meluluskan sebanyak 3,7 juta siswa tingkat menengah atas, baik dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maupun Madrasah Alliyah (MA).
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Agus Sarrono menjelaskan dari jumlah tersebut, hanya 1,9 juta siswa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, sisanya sebanyak 1,8 juta siswa bersaing masuk ke dalam dunia kerja.
"Ada 3,9 juta siswa lulusan sekolah menengah atas, kejuruan dan madrasah alliyah. Hanya 1,9 juta siswa yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan 1,8 juta masuk ke dunia kerja," ungkapnya.
Ia melanjutkan, siswa-siswa tersebut juga bersaing dengan 1,3 juta lulusan dari perguruan tinggi, total setiap tahunnya sebanyak 3,1 juta siswa yang siap kerja. 1,8 juta pencari kerja lulusan menengah atas dan ada 1,3 juta pencari kerja dengan lulusan perguruan tinggi. Jika ditotal ada 3,1 juta pencari kerja.
Persaingan dunia kerja yang semakin ketat mewajibkan pencari kerja memiliki sertifkat sebagai bukti kemahiran. Menurutnya, atas dasar itu pemerintah terus memfokuskan pendidikan vokasi sebagai solusi guna mengatasi meningkatnya pencari kerja setiap tahunnya.
"Kita fokus ke pendidikan vokasi ke 5000 SMK dan memperbanyak jumlah siswa magang di industri, karena sekarang masih sedikit, serta membangun 500 Politeknik guna menciptakan lulusan dengan sertifikat keahlian, perlu segera diwujudkan," pungkasnya.
Hal tersebut disampaikan dalam rapat dipimpin langsung oleh Plt Menko PMK, Menteri Perindustrian dan perwakilan dari kementerian dan lembaga terkait lainnya, dalam Rakor tentang pendidikan vokasi yang berlangsung di Kemenko Perekonomian (7/10), di Jakarta.
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Agus Sarrono menjelaskan dari jumlah tersebut, hanya 1,9 juta siswa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, sisanya sebanyak 1,8 juta siswa bersaing masuk ke dalam dunia kerja.
"Ada 3,9 juta siswa lulusan sekolah menengah atas, kejuruan dan madrasah alliyah. Hanya 1,9 juta siswa yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan 1,8 juta masuk ke dunia kerja," ungkapnya.
Ia melanjutkan, siswa-siswa tersebut juga bersaing dengan 1,3 juta lulusan dari perguruan tinggi, total setiap tahunnya sebanyak 3,1 juta siswa yang siap kerja. 1,8 juta pencari kerja lulusan menengah atas dan ada 1,3 juta pencari kerja dengan lulusan perguruan tinggi. Jika ditotal ada 3,1 juta pencari kerja.
Persaingan dunia kerja yang semakin ketat mewajibkan pencari kerja memiliki sertifkat sebagai bukti kemahiran. Menurutnya, atas dasar itu pemerintah terus memfokuskan pendidikan vokasi sebagai solusi guna mengatasi meningkatnya pencari kerja setiap tahunnya.
"Kita fokus ke pendidikan vokasi ke 5000 SMK dan memperbanyak jumlah siswa magang di industri, karena sekarang masih sedikit, serta membangun 500 Politeknik guna menciptakan lulusan dengan sertifikat keahlian, perlu segera diwujudkan," pungkasnya.
Hal tersebut disampaikan dalam rapat dipimpin langsung oleh Plt Menko PMK, Menteri Perindustrian dan perwakilan dari kementerian dan lembaga terkait lainnya, dalam Rakor tentang pendidikan vokasi yang berlangsung di Kemenko Perekonomian (7/10), di Jakarta.
Andi Pratama