Batam I Kejoranews.com : Puluhan pekerja proyek pembangunan sekolah SMK di Yayasan Advent Batam mendatangi Polsek Lubuk Baja, Selasa (6/4/2016) pukul 15.00 Wib. Tujuan para pekerja ini untuk mengadukan pihak pemborong yang hingga kini belum merealisasikan gaji yang seharusnya mereka terima.
Dari informasi para pekerja yang berhasil dikumpulkan media ini dilapangan, sehari sebelumnya di lokasi proyek sekolah tersebut sempat terjadi ketegangan antara 20 pekerja dan pihak pemborong. Namun, Sihombing, yang dsebut-sebut sebagai pihak pemborong membantah tidak merealisasikan gaji para pekerja. Hal itu dibuktikannya dengan adanya kuitansi pengeluaran uang yang telah diberikan kepada, Hadi, dan, Suwono, selaku perekrut tenaga kerja pembangunan sekolah SMK tersebut.
Adanya bukti-bukti yang ditunjukan tersebut, para pekerja lalu mendatangi, Hadi, yang saat itu juga berada dilokasi, namun berhasil lolos dari intaian para pekerja. Sedangkan, Suwono, yang turut mencoba menghindar tetapi berhasil ditangkap para pekerja dan disandera.
Melihat kondisi yang semangkin memanas, pihak yayasan selanjutnya mengancam akan melaporkan hal ini ke Polresta. Karena ancaman itu pihak yayasan itu, suasana kemudian menjadi reda, dan Suwono dibebaskan dari sandara pekerja tersebut.
Sebelum mendatangi Polsek Lubuk Baja, pukul 12.00 Wib sebenarnya telah terjadi mediasi antara pihak yayasan, pekerja, pemborong, dan perekrut tenaga kerja. Namun dalam pertemuan itu tidak ada kesepakatan diantara pihak yang terlibat tersebut.
Kepada media ini, Hadi, selaku perekrut tenaga kerja menceritakan awalnya ia dimintai tolong oleh, Sihombing, selaku pemborong untuk pengerjaan proyek pembangunan sekolah tersebut. Atas permintaan tersebut, iapun merekrut sebanyak 20 orang perkerja dan melakukan pekerjaan pembangunan.
Sepanjang perjalanan pengerjaan pembangunan sekolah selama 1,5 bulan, Hadi, telah beberapa kali telah melakukan pencairan dana dari, Sihombing, hingga total mencapai Rp30 juta. Pencairan dana itu sedianya untuk gaji dan pinjaman para pekerja. Menurut perkiraan, Hadi, jika di total pekerjaan selama 1,5 bulan itu seharusnya pemborong harus mengeluarkan dana sebesar Rp50 juta. Artinya, ada kekurangan Rp20 juta yang hingga kini belum di bayar pemborong.
"Saya sudah menagih kekurangan itu, namun Sihombing berkeras sudah melunaskan gaji pekerja yaitu total Rp30 yang telah direalisasikan," kata Hadi.
Lanjutnya, ketika dipertanyakan soal kekurangan Rp20 juta lagi dari hasil pekerjaan bangunan, namun Sihombing berdalih jika nilai Rp20 juta itu sudah termasuk perkakas pekerja.
"Jadi, Rp20 juta itu dimasukan dalam pengadaan perkakas pekerjaan dan sewa beko. Masak kami yang harus menanggung semua perkakas alat kerja. Kami inikan pekerja," tutup Hadi.
Sementara itu, media ini belum berhasil melakukan konfirmasi terhadap, Sihombing, selaku pemborong pengerjaan sekolah di yayasan tersebut. Hingga memasuki pukul 17.00 wib, ia juga belum memunculkan diri di Polsek Lubuk Baja. Padahal, pihak kepolisian juga telah melakukan pemanggilan berulangkali via telpon untuk diadakan mediasi antar pihak yang terlibat, namun Sihombing mengaku belum bisa berkesempatan hadir dengan alasan masih banyak pekerjaannya yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Lain halnya dengan, Ratna, selaku Kepala Yayasan Advent Batam ketika dikonfirmasi media ini. Ia mengaku tidak mempunyai urusan dengan gaji para pekerja tersebut.
"Pak itu antara pekerja dengan pemborongnya kalau yayasan sudah bayar ke pak Sihombing kami ada bukti pembayarannya," sebutnya singkat.
Ditempat terpisah, Heri, seorang pekerja kepada media ini menjelaskan, ia bersama 19 rekanya selama 1,5 bulan telah melakukan pembangunan sekolah milik Yayasan Advent Batam yang beralamt di blok IV ke Kecamatan Lubuk Baja. Pembangunan sekolah yang rencananya 3 lantai ini sedianya untuk SMK swasta. Ia bersama para pekerja lainya cukup mengesalkan sikap pemborong yang terlalu mengintervensi pekerjaan yang telah dilakukan sehingga sering terjadi pembongkaran dan akhirnya penyelesaian suatu pekerjaan selalu tertunda terus.
"Gaji kami berfariasi, ada yang Rp120 sampai Rp130 ribu perhari dan dibayar setiap bulan. Namun hingga satu setengah bulan ini gaji kami masih digantung pembayarannya. Sampai saat ini kami hanya menerima Rp200 ribu saja, ini yang membuat kami emosi," ujarnya.
Dipaparkan, 10 pekerja berasal dari luar daerah dan tinggal di proyek pembangunan sekolah, naamun kini telah diusir paksa oleh pihak Yayasan.
"Saat ini kami merasa diterlantarkan," kesal pemuda asal Binjai ini.
(dre)
Posting Komentar