Jakarta I KNC : Fakta-fakta tentang apa yang terjadi di Suriah berkali-kali
tak jelas dan penuh dengan propaganda media teroris dan takfiri serta
barat yang selalu mengadu domba umat Islam dengan perang Sektarian berujung pada bingungnya Umat Islam Dunia.
Berikut sepuluh fakta di Suriah yang tak terbantahkan dan perlu untuk diketahui kaum muslimin.
Berikut sepuluh fakta di Suriah yang tak terbantahkan dan perlu untuk diketahui kaum muslimin.
Pertama,
Pemerintah Suriah tidak pernah membantai orang bermadzhab Sunni. Hasil
pemilu presiden Suriah yang diawasi lembaga-lembaga independen Juni 2014
kemarin, Assad terpilih kembali dengan perolehan 88.7% suara rakyat.
Sedangkan kaum Sunni itu mayoritas (74%) di Suriah. Itu artinya
mayoritas mutlak rakyat Suriah yang Sunni dan apapun latarnya masih
mencintai Bashar Assad. Itu yang selalu ditutupi media-media takfiri.
Jika Assad adalah pembantai Sunni, mungkinkah mayoritas rakyatnya yang
Sunni tersebut memilih dia? (Baca juga: AS Rencanakan Penggulingan Bashar Assad Sejak 9/11)
Kedua, Satu lagi propaganda murahan yang menyebut Rezim Suriah adalah Rezim Syi’ah. FAKTANYA, Mayoritas kabinet pemerintahan di Suriah diisi oleh orang-orang Sunni. Jabatan-jabatan penting seperti Wakil Presiden, Wakil Presiden 1, Perdana Menteri, Deputi Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, Menteri Informasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dll diisi orang-orang Sunni. Grand Mufti resmi Suriah Syaikh Ahmad Badruddin Hassun pun seorang ulama besar Sunni. Bahkan istri Bashar yaitu Asma al-Assad adalah seorang muslimah Sunni dari Homs. Ini semua adalah fakta-fakta yang selalu ditutupi media-media Takfiri dan radikal di tanah air.
Ketiga, Dan (lagi) fakta yang selalu ditutupi mereka, para pemberontak di Suriah mayoritas bukanlah rakyat Suriah, tapi para militan takfiri asing yang datang dari 83 negara (termasuk Indonesia), korban cuci otak sektarian yang rame-rame menginvasi Suriah dengan kedok “jihad”. Bahkan situs SOHR (Syrian Observatory for Human Rights) yang berafiliasi dengan oposisi pun mengakui lebih dari 70% militan yang memberontak di Suriah adalah orang-orang asing/impor (bukan rakyat Suriah). (Baca juga: 2014 Putin Sudah Ungkap Siapa Yang Besarkan ISIS ; VIDEO)
Keempat,
Fitnah-fitnah tentang Bashar Assad membantai Sunni BARU DITEBAR 4 TAHUN
TERAKHIR, tepatnya sejak invasi para Takfiri asing ke Suriah. Faktanya,
sebelum itu tidak pernah terdengar isu-isu tersebut. Bashar Assad sudah
berkuasa sejak tahun 2000 dan sampai hari ini SUNNI (Ahlussunnah wal
jamaah) MASIH MAYORITAS di Suriah (74%). Kalau benar Assad
membantai/menggenosida kaum Sunni, SEHARUSNYA SUDAH HABIS semua Sunni di
Suriah, sedangkan dia sudah berkuasa selama 15 tahun. Kenyataannya
sampai hari ini Sunni MASIH MAYORITAS di Suriah. Masih percaya dengan
isu murahan tersebut? (Baca juga: Sektarian, Propaganda Wahabi Saudi dan AS yang Dimainkan di Suriah)
Kelima, Pada
2009, Qatar mengajukan proposal agar Assad melegalkan jalur pipa gas
alamnya melintasi Suriah dan Turki untuk menuju Eropa. Bashar Assad
menolak proposal ini dan pada 2011 ia justru menjalin kerjasama dengan
Iraq dan Iran untuk membangun jalur pipa ke Timur. Qatar, Saudi dan
Turki adalah pihak yang paling sakit hati dan dirugikan oleh keputusan
ini. Khayalan mereka untuk mendapat pemasukan Milyaran dollar dari
ekspor Migas buyar seketika. Apa kalian terkejut jika hari ini Saudi,
Qatar dan Turki menjadi negara-negara yang paling getol mensponsori dan
mempersenjatai para teroris yang hendak menggulingkan Assad? Kenapa USA
dan NATO sangat berambisi menggulingkan Assad? Karena mereka dan ketiga
negara tersebut adalah sekutu dan mitra bisnis utama. Keputusan Assad
akan menguatkan posisi Iran secara ekonomi maupun politis dalam pasar
tambang Migas di Timur Tengah dan mengecilkan pengaruh USA dan
sekutunya. Apa USA rela? Mimpi!!
Keenam, Sejak perang Arab-Israel pada 1948 hingga perang edisi ketiga pada 1967, Suriah tidak pernah absen dalam mengirim pasukan militernya melawan Zionis. Suriah bersama Mesir, Iraq dan Jordan saat itu (1967) mengirim 547.000 pasukan melawan Zionis di Sinai dan Golan. Bahkan ketika negara-negara Arab tersebut sudah berdamai dengan Israel, Suriah adalah satu-satunya Rezim Arab yang hingga hari ini tidak bersedia menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Hingga perang Suriah dan Israel terus berlanjut pada Yom Kippur 1973 atas pendudukan Israel di Golan. Hingga hari ini PBB harus menurunkan pasukan perdamaiannya di Golan dan menetapkan sebagian wilayah tersebut sebagai zona netral. (Baca juga: Jejak Pengabdian Saudi Kepada Barat dan Zionis)
Keenam, Sejak perang Arab-Israel pada 1948 hingga perang edisi ketiga pada 1967, Suriah tidak pernah absen dalam mengirim pasukan militernya melawan Zionis. Suriah bersama Mesir, Iraq dan Jordan saat itu (1967) mengirim 547.000 pasukan melawan Zionis di Sinai dan Golan. Bahkan ketika negara-negara Arab tersebut sudah berdamai dengan Israel, Suriah adalah satu-satunya Rezim Arab yang hingga hari ini tidak bersedia menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Hingga perang Suriah dan Israel terus berlanjut pada Yom Kippur 1973 atas pendudukan Israel di Golan. Hingga hari ini PBB harus menurunkan pasukan perdamaiannya di Golan dan menetapkan sebagian wilayah tersebut sebagai zona netral. (Baca juga: Jejak Pengabdian Saudi Kepada Barat dan Zionis)
Ketujuh, Suriah
hingga hari ini adalah penampung terbesar pengungsi Palestina di Timur
Tengah. Jutaan pengungsi Palestina telah diterima dengan tangan terbuka
oleh Pemerintah Suriah sejak 1948 di kamp-kamp pengungsi Yarmouk,
Neirab, Handarat, Aleppo dll. Mereka diberi fasilitas Sekolah, Rumah
Sakit dll layaknya warga sendiri. Bahkan Assad pun dijuluki sebagai
Bapak Pengungsi Palestina. Mereka beranak pinak di Suriah hingga hari
ini. Dan tidak mengejutkan jika para pejuang Palestina dari PFLP-GC di
Yarmouk (cabang PFLP yang bermarkas di Gaza) dan Brigade al Quds (sayap
militer Jihad Islam di Gaza) sejak awal konflik mengabdi pada Suriah dan
bergabung dengan Tentara Arab Suriah melawan para teroris.
Kedelapan,
Sebuah strategi militer baru telah dimulai di Suriah. Hal ini merubah
Suriah selama 15 tahun kepada sebuah kekuatan militer yang nyata yang
lagi-lagi akan mengancam Israel. Khususnya pada tingkat pengembangan
roket dan persenjataan militer yang lain. Israel melihat ini sebagai
ancaman besar. Roket-roket Khaibar M-302 buatan Suriah telah membantu
Hizbullah dalam perang 2006 melawan Israel di Lebanon Selatan untuk
menghujani Haifa dan kota-kota lain di Israel. Bahkan roket-roket yang
sama juga telah digunakan para pejuang Muqawwamah Palestina seperti
Hamas, Jihad Islam dan PFLP di Gaza yang membuat pertama kalinya dalam
sejarah 1,5 juta Zionis masuk ke dalam bunker perlindungan bom. Suriah
bukan hanya gerbang atau jembatan transportasi dan komunikasi antara
pejuang Muqawwamah dan Iran, tapi Suriah adalah adalah pendukung nyata
pejuang-pejuang resistensi di Lebanon dan Palestina. Suriah adalah
bagian vital dalam perjuangan melawan Zionis!
Kesembilan, Setelah Hamas diusir dari Jordania pada 1999, di saat negara-negara arab mengucilkan dan mengabaikan Hamas. Suriah membuka tangannya dan menyediakan ibukota negaranya untuk menjadi markas Hamas. Bashar al Assad membangunkan kantor pusat Hamas di Damaskus pada 2001, melalui markas ini Suriah rutin berkoordinasi menjalin cara menyuplai persenjataan kepada gerakan-gerakan Muqawwamah di Gaza, tidak hanya Hamas. Sebutkan jika Saudi, Turki dan Qatar pernah menyuplai senjata atau sebutir saja peluru untuk pejuang Palestina? (Baca juga: Strategi Baru Uni Eropa Perangi Bashar AssadKerjasama Intelijen Israel-Turki untuk Membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad)
Kesembilan, Setelah Hamas diusir dari Jordania pada 1999, di saat negara-negara arab mengucilkan dan mengabaikan Hamas. Suriah membuka tangannya dan menyediakan ibukota negaranya untuk menjadi markas Hamas. Bashar al Assad membangunkan kantor pusat Hamas di Damaskus pada 2001, melalui markas ini Suriah rutin berkoordinasi menjalin cara menyuplai persenjataan kepada gerakan-gerakan Muqawwamah di Gaza, tidak hanya Hamas. Sebutkan jika Saudi, Turki dan Qatar pernah menyuplai senjata atau sebutir saja peluru untuk pejuang Palestina? (Baca juga: Strategi Baru Uni Eropa Perangi Bashar AssadKerjasama Intelijen Israel-Turki untuk Membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad)
Kesepuluh, Mundur ke belakang kita bicara Libya. Di Libya bahkan tidak ada yang namanya Syi’ah, tapi nyatanya terjadi perang selama 4 tahun disana. Para pemberontak takfiri dengan bekerjasama dengan NATO dan USA akhirnya berhasil membunuh pemimpin Sunni Muammar Qaddafi secara keji. Masih ingat kan saat itu media-media radikal macam Arrahmah, voa-islam dll menggelari Qaddafi sebagai Thaghut, Fir’aun dll dan perjuangan mereka demi menegakkan Khilafah. Khilafah apa yang sudah tegak? Apa anda tidak belajar dari pola permainan seperti ini? (Baca juga: Lavrov ; Rusia Cegah Skenario Libya di Suriah)
Belajarlah dari sejarah wahai orang-orang yang berakal! Karena negeri Khilafah adalah negeri impian ciptaan Zionis, Barat dan Teroris untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Sumber: arrahmahnews.com dari laman Facebook Ahmed Zain Oul Mottaqin
Posting Komentar