Tel Aviv, Israel l KNC : Ribuan pengunjuk rasa Israel menggelar unjuk rasa besar-besaran atas bentrokan antara orang Palestina dan
pasukan Israel, mereka menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Benjamin
Netanyahu.
Pada Sabtu malam, para demonstran berkumpul di depan kediaman Netanyahu di al-Quds (Yerusalem) untuk mengecam kekerasan yang meningkat di Tepi Barat yang diduduki dan Timur Al-Quds, serta untuk kegagalan rezim Tel Aviv membawa situasi di bawah kontrol.
Pada Sabtu malam, para demonstran berkumpul di depan kediaman Netanyahu di al-Quds (Yerusalem) untuk mengecam kekerasan yang meningkat di Tepi Barat yang diduduki dan Timur Al-Quds, serta untuk kegagalan rezim Tel Aviv membawa situasi di bawah kontrol.
Para pengunjuk rasa berteriak "Bibi, pulang!" Dan mengkritik pemerintah Israel untuk provokasi mereka terhadap warga Palestina.
Mirip protes anti-Netanyahu juga dipentaskan di kota-kota Israel
lainnya, dengan demonstran memblokir jalan dan melemparkan batu dan
petasan di kepolisian.
Sementara itu, Palestina Red Crescent Society (PRCS)/ Organisasi Kemanusian Palestina mengatakan, lebih
dari 170 warga Palestina telah menderita luka tembak pada hari Sabtu(10/10/15) saat terjadi
pertempuran di wilayah Palestina.
Juru bicara PRCS Errab fuqaha, mengatakan sedikitnya 26 warga
Palestina ditembak oleh peluru, sementara 148 orang lainnya terkena
peluru baja berlapis karet.
Dia menambahkan bahwa 408 warga Palestina juga menderita inhalasi gas air mata yang berlebihan, dan empat orang lainnya diserang secara fisik.
Pemimpin senior Hamas Ismail Haniyeh menyebut gelombang
bentrokan antara warga Palestina dan polisi militer Israel di Tepi Barat
dan Timur Al-Quds, selama beberapa hari terakhir adalah sebuah "Intifada
(pemberontakan)" terhadap rezim Tel Aviv.
"Kami menyerukan penguatan dan peningkatan Intifada .... Ini adalah
satu-satunya jalan yang akan menyebabkan pembebasan," kata Haniyeh saat khotbah yang ditujukan untuk jamaah Palestina yang menghadiri shalat
Jumat di sebuah masjid di Kota Gaza.
"Gaza akan memenuhi perannya dalam al-Quds Intifada dan lebih dari siap untuk konfrontasi," jelasnya.
Pada tanggal 8 Oktober, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia
Zeid Ra'ad al-Hussein menyatakan keprihatinan ekstrim atas eskalasi
ketegangan di wilayah Palestina yang diduduki, Ia mendesak diakhirinya
kekerasan.
Pejabat
PBB juga memperingatkan tentang meningkatnya jumlah warga Palestina
terluka oleh peluru tajam, peluru karet dan gas air mata.
Sumber: press tv
Editor: Boris HR